Mumi identik dengan Mesir, tapi ternyata Anda juga bisa melihatnya di Jepang. Kalau biasanya mumi diawetkan dengan dibalsem, tidak dengan yang ada di sana. Melihat dan mendengar ceritanya dijamin membuat Anda merinding.
Mumi milik Negeri Matahari Terbit ini biasa disebut dengan nama sokushinbutsu. Jika diartikan, sokushinbutsu berarti 'living Buddha'.
Mumi milik Negeri Matahari Terbit ini biasa disebut dengan nama sokushinbutsu. Jika diartikan, sokushinbutsu berarti 'living Buddha'.
Yang menarik, mumi ini tidak diawetkan dengan pembalseman. Mereka punya cara sendiri yang berbeda dan bisa membuat merinding.
Sebelum menjadi mumi, orang-orang ini adalah seorang biksu. Sepanjang hidupnya, mereka selalu melakukan pertapaan. Para biksu ini dilatih hanya bergantung pada air, kacang-kacangan, dan meditasi sepanjang hari. Otomatis, gaya hidup seperti ini membuat dirinya kehilangan berat tubuh.
Setelah dirasa telah siap untuk bertapa menuju sokushinbutsu, mereka dikubur di dalam kotak kayu untuk meditasi. Pertapaan ini pun berakhir pada kematian.
Diintip dari situs resmi pariwisata Jepang, setelah 1.000 hari sejak dikubur, peti para biksu ini akan digali oleh muridnya. Jika penampilan mereka tetap sama dan tidak ada perubahan, maka biksu ini akan diberi status sokushinbutsu.
Terdengar ngeri memang. Tapi ada alasan lain mengapa para biksu ini rela berbuat demikian. Salah satunya adalah untuk mengatasi kelaparan.
Saat itu di Jepang sedang terkena wabah kelaparan. Untuk membantu orang dari kemiskinan dan kelaparan, mereka pun berkorban dengan melakukan hal demikian.
Sebelum menjadi mumi, orang-orang ini adalah seorang biksu. Sepanjang hidupnya, mereka selalu melakukan pertapaan. Para biksu ini dilatih hanya bergantung pada air, kacang-kacangan, dan meditasi sepanjang hari. Otomatis, gaya hidup seperti ini membuat dirinya kehilangan berat tubuh.
Setelah dirasa telah siap untuk bertapa menuju sokushinbutsu, mereka dikubur di dalam kotak kayu untuk meditasi. Pertapaan ini pun berakhir pada kematian.
Diintip dari situs resmi pariwisata Jepang, setelah 1.000 hari sejak dikubur, peti para biksu ini akan digali oleh muridnya. Jika penampilan mereka tetap sama dan tidak ada perubahan, maka biksu ini akan diberi status sokushinbutsu.
Terdengar ngeri memang. Tapi ada alasan lain mengapa para biksu ini rela berbuat demikian. Salah satunya adalah untuk mengatasi kelaparan.
Saat itu di Jepang sedang terkena wabah kelaparan. Untuk membantu orang dari kemiskinan dan kelaparan, mereka pun berkorban dengan melakukan hal demikian.
Praktek sokushinbutsu yang telah ada sejak abad 11 hingga 19 ini telah dilarang oleh hukum. Alasannya karena kegiatan ini sama saja dengan praktek bunuh diri.
Sampai saat ini, mumi tersebut masih dianggap oleh beberapa penduduk setempat sebagai kami-sama. Kata yang biasanya diterjemahkan sebagai Tuhan atau Dewa.
Jika penasaran ingin melihatnya, turis bisa datang ke Prefektur Yamagata di utara Jepang. Ada sekitar 6 mumi yang tersimpan di kuil tersebut.
Salah satu yang paling terkenal adalah Ryusui-ji di Kuil Dainichibou di Kota Tsuruoka. Ini adalah mumi biksu Daijuku Bosatsu Shinnyokai-Shonin (1687-1783). Setelah 70 tahun hidup sebagai pertapa, ia menjadi Sokushinbutsu pada usia 96.
Mumi lainnya juga dapat dilihat di Kuil Nangaku-ji juga di Tsuruoka. Yang ketiga di Kuil Zoukou-in di Kota Shirataka, dan yang keempat di Kuil Kaikou-ji di Kota Sakata.
Sampai saat ini, mumi tersebut masih dianggap oleh beberapa penduduk setempat sebagai kami-sama. Kata yang biasanya diterjemahkan sebagai Tuhan atau Dewa.
Jika penasaran ingin melihatnya, turis bisa datang ke Prefektur Yamagata di utara Jepang. Ada sekitar 6 mumi yang tersimpan di kuil tersebut.
Salah satu yang paling terkenal adalah Ryusui-ji di Kuil Dainichibou di Kota Tsuruoka. Ini adalah mumi biksu Daijuku Bosatsu Shinnyokai-Shonin (1687-1783). Setelah 70 tahun hidup sebagai pertapa, ia menjadi Sokushinbutsu pada usia 96.
Mumi lainnya juga dapat dilihat di Kuil Nangaku-ji juga di Tsuruoka. Yang ketiga di Kuil Zoukou-in di Kota Shirataka, dan yang keempat di Kuil Kaikou-ji di Kota Sakata.
Sumber:
detik.
detik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar