Dataran tinggi Minangkabau terletak dibagian tengah Bukit
Barisan, pegunungan yang membujur hampir sepanjang pulau Sumatra
itu sendiri, tepatnya di-Sumatra Barat, mungkin merupakan daerah
yang paling subur di-Indonesia. Sepanjang mata memandang, yang
nampak hanya lembah yang hijau, riam, air terjun dan danau-danau.
Masyrakat Minangkabau adalah suatu masyarakat yang menganut
sistim Matriarileneal dimana garis Ibu lebih dominan dan hukum
kewarisan mengikuti garis Ibu, yang mungkin satu-satunya
di-Indonesia. Konon, masyarakat Negeri Sembilan dibagian barat
semenanjung Malaysia yang diyakini berasal dari Ranah Minang,
juga memiliki masyarakat yang Matrilineal, seperti ditanah
leluhur mereka.
Masyarakat Minangkabau juga dikenal sebagai suatu masyarakat yang
sangat religious. Ada pepatah yang mengatakan, dimanapun kita
berdiri diranah Minang, dapat dipastikan kita akan mendengar
kumandang Adzan, panggilan untuk beribadah lima waktu. Kearah
manapun kita menengok, hampir dipastikan kita akan melihat kubah
sebuah Mesjid, minimal sebuah Surau dengan arsitektur Minang yang
khas.
Arsitektur Minang memiliki gaya yang khas dan unik, khususnya
“Rumah Gadang”. Salah satu yang konon tertua, berdiri
sejak lebih dari 400 tahun yang lalu, dapat dijumpai diselatan
Batu Sangkar.
Kekhasan arsitektur Minang ini tertutama pada bentuk atapnya.
Ada yang menganggap bentuk itu seperti “pelana kuda”,
tetapi sebahagian besar cenderung mengatakan bentuknya seperti
“tanduk kerbau”, sebagaimana yang tersirat dalam kata
Minangkabau. Salah satu bentuk khas arsitektur Minang yang sangat
cantik dan megah, adalah Istana Sultan Pagaruyung .
Bukit Tinggi , terkenal dengan
“Jam Gadang”, yang berdiri megah ditengah-tengah
kota. Kalau kita perhatikan, angka Romawi 4 pada jam tersebut,
bukannya dituliskan sebagai IV, tetapi dituliskan “alla
Minang” yaitu IIII ……. Konon orang Minang
terkenal “keras kepala” …….. sebab
kalau kepala kita tidak keras, itu kan bukan kepala namanya
…..?
Kota yang cantik ini seolah-olah bertengger dibukit menghadap
“Ngarai Sianok” atau Grand Canyon-nya Minangkabau
Di-Bukittinggi dapat dijumpai Benteng De Cock (Fort De Cock .konon sebagai menara penjaga
yang dikelilingi oleh canon-canon menghadap kesegala penjuru,
yang didirikan beberapa ratus tahun yang lalu oleh colonialist
Belanda pada masa penjajahan.
Salah satu kota yang unik diranah Minang adalah: Kuto Gadang . Meskipun menyandang nama
“gadang” yang berarti “besar”, kota itu
sendiri adalah sebuah kota kecil, yang berada dilembah Sianok,
tetapi kota kecil ini mempunyai hikayat yang besar. Dari kota
kecil ini menghasilkan banyak cendekiawan-cendikiawan Minang
“nan Gadang” atau nama-nama yang besar, seperti
almarhum Haji Agus Salim, almarhum Muhammad Natsir dan nama-nama
besar lainnya.
Pengetahuan adat
Minangkabau itu dihimpun di dalam "Undang nan Duo Puluh Cupak nan Duo" :
I. Adat
Ampek, terdiri dari:
-
Adat sabana adat
-
Adat nan diadatkan
-
Adat teradat
-
adat istiadat