Sabtu, 18 Mei 2013

buka hatimu chord


Intro : Am Dm G C E
Am Em
aku tlah lelah mengikuti semua langkah kakimu
Dm Fm G
dan berharap bisa memilikimu
Am Em
berbagai cara telah aku lakukan untuk hidupmu
Dm Fm G
hingga aku mengorbankan hidupku
Reff :
C G
Buka hatimu …
Am G
Bukalah sedikit untukku
F Am G
Sehingga diriku bisa memilikimu
Am Em
berbagai cara telah aku lakukan untuk hidupmu
Dm Fm G
hingga aku mengorbankan hidupku
C G
Betapa sakitnya
Am G
Betapa perihnya hatiku
F Am G
Selalu dirimu, Tak menganggapku ada
C G
Betapa sakitnya
Am G
Betapa perihnya hatiku
F Am G
Selalu dirimu, Tak menganggapku ada
Interlude : Am G F E 2x A
Back to : Reff
D A
Betapa sakitnya
Bm A
Betapa perihnya hatiku
G Bm A
Selalu dirimu, Tak menganggapku ada
Coda : D A Bm A G Bm 

wanita paling berharga chord


Intro : Em
Em                   Am
Kan ku utarakan kepadamu
D                       G
Semua yang ada di hatiku
Em                 Am
Aku mencintai kamu
B           Em
Dengarkan janjiku
Am      D               G          C
Kan ku sayang kau sampai akhir dunia
Am      F#       B
Kan ku jadikan kamu wanita
Am  D      G          C
Paling bahagia di seluruh dunia
Am   F#         B
Karena kamulah satu-satunya
Em                     Am
Jadi terimalah oh cintaku
D                        G
Jangan kau patahkan hatiku
Em                  Am
Aku mencintai kamu
B               Em
Dengarkan janjiku
Am      D               G          C
Kan ku sayang kau sampai akhir dunia
Am      F#       B
Kan ku jadikan kamu wanita
Am  D      G          C
Paling bahagia di seluruh dunia
Am   F#         B
Karena kamulah satu-satunya
Int : Em
Am D G C
Am F# B
Am      D               G          C
Kan ku sayang kau sampai akhir dunia
Am      F#       B
Kan ku jadikan kamu wanita
Am  D      G          C
Paling bahagia di seluruh dunia
Am   F#         B
Karena kamulah satu-satunya
Am D G C
Am F# B
Am D G C
Am F# B
Outro : Em

chord lagu hargai aku


Intro : G Am D G
G              Am          E       G
Seringkali kau merendahkanku
F           Bm    Em
Melihat dengan sebelah matamu
F                    D     G
Aku bukan siapa-siapa
www.liriklagu.info
G         E   Am             D      G
Selalu saja kau anggap ku lemah
Am       D        Bm              E
Merasa hebat dengan yang kau punya
Am              D              G
Kau sombongkan itu semua
C      D          G
Coba kau lihat dirimu dahulu
E    A     D                G
Sebelum kau nilai kurangnya diriku
C         D      G
Apa salahnya hargai diriku
Em   D        C    D-G
Sebelum kau nilai siapa diriku
G           Em                   Am       D          G      E                   Am
Sering kali (sering kali) kau merendahkanku (kau merendahkanku)
D         Bm       Em
Melihat dengan sebelah matamu
Am       D             G
Aku bukan siapa-siapa
C      D          G
Coba kau lihat dirimu dahulu
E     A    D               G
Sebelum kau nilai kurangnya diriku
C        D      G
Apa salahnya hargai diriku
Am  D         G
Sebelum kau nilai siapa diriku
Int : C D G Em
Am D G
C Am D Bm
Em Am D G
C      D           G
Coba kau lihat dirimu dahulu
E     A    D               G
Sebelum kau nilai kurangnya diriku
C        D      B
Apa salahnya hargai diriku
Am   D        G
Sebelum kau nilai siapa diriku
E       G# E    Am  D             C
Sebelum kau nilai… siapa diriku

MAUDY AYUNDA - OST. PERAHU KERTAS Chord


Do= C
Am                   F               
Perahu kertasku kan melaju
E                      Am
Membawa surat cinta bagimu

G                      F
Kata-kata yang sedikit gila
E                      Am
Tapi ini adanya

Am                               F
Perahu kertas mengingatkanku
E                      Am
Beratapa ajaibnya hidup ini

G                      F
Mencari-cari tambatan hati
E                      Am
Kau sahabatku sendiri

G                                              F
Hidupkan lagi mimpi-mimpi
F                      G
(cinta-cinta) cita-cita
Am                   G                      F
Yang lama ku pendam sendiri
Dm             G                C
Berdua ku bisa percaya

Reff:
F                      G                      C
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Am       F          G                      C                      
Dan kau ada diantara milyaran manusia
Am                               F                      G7                    C
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu

Seramnya Mumi Jepang, Cara Biksu Mengatasi Kelaparan


Mumi identik dengan Mesir, tapi ternyata Anda juga bisa melihatnya di Jepang. Kalau biasanya mumi diawetkan dengan dibalsem, tidak dengan yang ada di sana. Melihat dan mendengar ceritanya dijamin membuat Anda merinding.

Mumi milik Negeri Matahari Terbit ini biasa disebut dengan nama sokushinbutsu. Jika diartikan, sokushinbutsu berarti 'living Buddha'.

Yang menarik, mumi ini tidak diawetkan dengan pembalseman. Mereka punya cara sendiri yang berbeda dan bisa membuat merinding.

Sebelum menjadi mumi, orang-orang ini adalah seorang biksu. Sepanjang hidupnya, mereka selalu melakukan pertapaan. Para biksu ini dilatih hanya bergantung pada air, kacang-kacangan, dan meditasi sepanjang hari. Otomatis, gaya hidup seperti ini membuat dirinya kehilangan berat tubuh.

Setelah dirasa telah siap untuk bertapa menuju sokushinbutsu, mereka dikubur di dalam kotak kayu untuk meditasi. Pertapaan ini pun berakhir pada kematian.

Diintip dari situs resmi pariwisata Jepang, setelah 1.000 hari sejak dikubur, peti para biksu ini akan digali oleh muridnya. Jika penampilan mereka tetap sama dan tidak ada perubahan, maka biksu ini akan diberi status sokushinbutsu.

Terdengar ngeri memang. Tapi ada alasan lain mengapa para biksu ini rela berbuat demikian. Salah satunya adalah untuk mengatasi kelaparan.

Saat itu di Jepang sedang terkena wabah kelaparan. Untuk membantu orang dari kemiskinan dan kelaparan, mereka pun berkorban dengan melakukan hal demikian.

Praktek sokushinbutsu yang telah ada sejak abad 11 hingga 19 ini telah dilarang oleh hukum. Alasannya karena kegiatan ini sama saja dengan praktek bunuh diri.

Sampai saat ini, mumi tersebut masih dianggap oleh beberapa penduduk setempat sebagai kami-sama. Kata yang biasanya diterjemahkan sebagai Tuhan atau Dewa.

Jika penasaran ingin melihatnya, turis bisa datang ke Prefektur Yamagata di utara Jepang. Ada sekitar 6 mumi yang tersimpan di kuil tersebut.

Salah satu yang paling terkenal adalah Ryusui-ji di Kuil Dainichibou di Kota Tsuruoka. Ini adalah mumi biksu Daijuku Bosatsu Shinnyokai-Shonin (1687-1783). Setelah 70 tahun hidup sebagai pertapa, ia menjadi Sokushinbutsu pada usia 96.

Mumi lainnya juga dapat dilihat di Kuil Nangaku-ji juga di Tsuruoka. Yang ketiga di Kuil Zoukou-in di Kota Shirataka, dan yang keempat di Kuil Kaikou-ji di Kota Sakata.








Sumber:
detik.

Jumat, 10 Mei 2013

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

PERKEMBANGAN SENI RUPA INDONESIA
Ø  Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun.
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri.
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam.
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk membuat kerajinan.
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme.
Ø  Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme). Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam.
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar). Peninggalan – peninggalannya yaitu:
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat  tinggal di rumah – rumah kayu / bambu. Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, meja batu dll.
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak ditemukan patung – patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural.
c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)
2. Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisa di ulang-ulang.
2) Acire Perdue, ialah teknik mengecor yang hanya satu kali pakai (tidak bisa
   diulang).
Ø  Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja
    (kultus Raja).
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama.
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada
    sumber hukum agama (Silfasastra).
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia.
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Candi Stupa              : didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi
  Borobudur.
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya
  candi Bajang Ratu.
- Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi
   Belahan
- Candi Pertapaan       : didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa,
  contohnya candi Jalatunda.
- Candi Vihara                        : didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi
  contohnya candi Sari.
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi 
  empat, ujur sangkar atau segi 20).
- Tubuh candi, Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung.
- Atap candi, berbentuk limas, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka.
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu:
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah
  – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan
  Prambanan.
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada di
  belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran.
2) Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb.
Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa. Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
·      Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk
    struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll.
·      Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya :
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan
  pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara.
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas:
1) Jaman Wangsa Sanjaya
   Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya
   merupakan perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
   Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu,
   Candi Borobudurm, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok
   Candi Plaosan. Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan
   Budhisatwa di Candi Borobudur.
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari, candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali / andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi Indonesia seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain patung dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh darin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal Kultus Raja. Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai bangunan suci tetapi di dalamnya tidak terdapat patung perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak mengenal an-Iconis yaitu tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan, adapun patung hanya sebagai hiasan saja.
Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur :
a. Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata.
- Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping.
- Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak.
- Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi.
- Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan
  sistem membelakangi.
b. Perbedaan pada seni patungnya
- Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di
  Jatim ada pula perwujudan manusia bisa.
- Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman
  Singasari bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumental.
- Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian
  belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang seluruh tubuh
  menyerupai lidah api.
- Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India,
  sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat
  kepala.
c. Perbedaan hiasan candi
- Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim
  bergaya Wayang (distorsi).
- Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,
  sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji.
- Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim
  ada pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta
  perlambangan.
- Hiasan pada candi di Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti
  motif awan dan batu karang.
Ø  Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan. Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam :
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian
    kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam :
a. Seni Bangunan
1. Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten.
2. Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
3. Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup.
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi
    karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli.
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan.
Ø  Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern.
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri.
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S. Sujoyono, seangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia.
4. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur.
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya:
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll.
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA.
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll.

Sejarah perkembangan adanya seni rupa itu berlangsung dan berjalan dengan sangat lama dari jaman dahulu kala. Seiring dengan perjalanan itu dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat seni rupa mengalami perkembangan-perkembangan yang berbeda antara tempat satu dengan tempat yang lainnya. Perbedaan-perbedaan yang terjadi itu menyebabkan keanekaragaman seni rupa dunia shingga tidak akan habis jika kita menikmatinya.
 Sumber :
-Dari berbagai sumber

Blogger templates

Flag Counter